Namun, perjalanan kami tidak selalu mulus. Proses pembuatan bendera dengan ukuran raksasa 120x80 meter menghadapi banyak kendala. Hampir semua konveksi menolak permintaan kami karena ukurannya yang terlalu besar. Akhirnya, dengan susah payah kami menemukan beberapa konveksi lokal yang bersedia membantu, meskipun hanya sebagian. La Beny bahkan rela ikut menjahit bendera bersama anggota lainnya.
Setelah melalui persiapan yang panjang, kami berangkat menuju Gunung Latimojong. Perjalanan menuju puncak penuh dengan tantangan. Akses yang sulit memaksa kami menggunakan berbagai moda transportasi, mulai dari truk militer, jeep, hingga kuda. Namun, kendala terbesar adalah saat kami harus memikul bendera secara manual di medan yang sangat terjal. Bayangkan saja, kami harus memikul bendera seberat berton-ton dengan menggunakan kayu panjang sebagai penyangga.Di tengah perjalanan, musibah sempat menimpa kami. Tenda yang terbakar menyebabkan air mendidih tumpah dan melukai salah satu anggota kami, Dewa. Namun, kejadian ini justru semakin memperkuat semangat kami untuk mencapai tujuan.
Setelah berhari-hari berjuang, akhirnya kami berhasil mengibarkan bendera raksasa di puncak Gunung Latimojong pada tanggal 17 Agustus 2007. Saat itu, seluruh puncak tertutupi oleh awan dan kami hanya mendengar suara angin yang menerpa bendera. Kami pun menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan penuh khidmat.Prestasi ini bukan hanya milik Mapala 45 Makassar, tetapi juga menjadi inspirasi bagi seluruh pecinta alam di Indonesia. Sejak saat itu, pengibaran bendera merah putih di tempat-tempat yang unik menjadi tradisi tahunan bagi Mapala 45.
Sebagai KORLAP, saya ingin menyampaikan bahwa perjuangan kami saat itu tidaklah seberat perjuangan para pahlawan yang telah merebut kemerdekaan. Oleh karena itu, sebagai generasi muda, kita harus terus menjaga semangat nasionalisme dan berkontribusi bagi bangsa.
Pengalaman mengibarkan bendera raksasa di puncak Gunung Latimojong adalah salah satu momen paling berharga dalam hidup saya. Perjuangan yang panjang dan melelahkan telah membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Semoga kisah ini dapat menginspirasi banyak orang untuk terus berkarya dan berbuat yang terbaik bagi bangsa.
Prestasi ini bukan hanya sekadar memecahkan rekor MURI, tetapi juga menjadi tonggak sejarah bagi Mapala 45 Makassar. Sejak saat itu, semangat nasionalisme semakin berkobar di kalangan anggota. Setiap tahun, kami selalu mengadakan kegiatan serupa, meskipun dengan skala yang berbeda, di berbagai tempat yang unik. Pengibaran bendera di laut, tebing, gua, bahkan di udara dan dalam air telah menjadi tradisi kami.
Bagi generasi muda, saya ingin menyampaikan bahwa perjuangan tidak selalu harus besar dan spektakuler. Setiap tindakan kecil yang kita lakukan untuk bangsa dan negara adalah bentuk perjuangan yang berarti. Jangan pernah takut untuk bermimpi besar dan berusaha mewujudkannya. Ingatlah, semangat juang para pahlawan harus terus kita kobarkan.
Melalui tulisan ini, saya berharap dapat menginspirasi Anda untuk terus berkontribusi bagi bangsa. Kita semua memiliki peran penting dalam membangun negara yang lebih baik. Mari kita jadikan semangat nasionalisme sebagai pedoman hidup kita.
Mengibarkan bendera raksasa di puncak Gunung Latimojong adalah sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Lebih dari sekadar prestasi, ini adalah bukti nyata bahwa dengan kerja sama tim, semangat juang, dan cinta tanah air, kita dapat mencapai hal-hal yang luar biasa. Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus berkarya dan berinovasi. Salam Lestari!









