Misi Perintisan Jalur Pendakian Rantemario 3478 MDPL
Mapala 45 Makassar adalah komunitas pecinta alam yang berdiri sejak tahun 1990, dibentuk oleh sekelompok mahasiswa yang memiliki kecintaan mendalam terhadap alam dan petualangan. Hingga kini, komunitas ini terus beregenerasi dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan dasar kepencintaalaman (DIKLATSAR). Salah satu syarat yang paling menantang bagi anggota Mapala 45 adalah kewajiban membuka jalur pendakian baru dengan ketinggian minimal 3200 MDPL. Prasyarat ini tidak hanya menguji pengetahuan dan keterampilan anggota dalam manajemen ekspedisi, survival, serta navigasi, tetapi juga memperkuat semangat konservasi dan pelestarian alam yang dipegang teguh oleh komunitas ini.Lokasi dan Topografi
Ekspedisi kami kali ini berlangsung di Pegunungan Latimojong, yang terkenal dengan puncaknya, Bulu Rante Mario, yang memiliki ketinggian 3.478 meter di atas permukaan laut (MDPL). Terletak di Sulawesi Selatan, kawasan ini merupakan medan yang sangat menantang dengan vegetasi hutan hujan tropis yang lebat, tanah endapan yang licin, dan cuaca yang sulit diprediksi. Pegunungan ini membentang dari selatan ke utara, dengan Kabupaten Enrekang di barat, Tana Toraja di utara, Sidenreng Rappang di selatan, dan Kabupaten Luwu di timur yang berbatasan langsung dengan Teluk Bone.Persiapan dan Peralatan
Sebelum memulai perjalanan, tim melakukan persiapan fisik yang intensif dan perencanaan logistik yang matang. Peralatan yang kami bawa meliputi parang, kompas, peta, trangia, serta peralatan memasak lainnya. Karena ekspedisi ini menuntut kemampuan navigasi alami, penggunaan teknologi GPS tidak diizinkan, sehingga keterampilan navigasi manual menjadi sangat penting. Setiap anggota tim memiliki peran masing-masing, mulai dari ketua tim, anggota, sweeper, hingga bagian logistik, semuanya bekerja bersama untuk memastikan keberhasilan ekspedisi ini.Proses Pembukaan Jalur
Proses pembukaan jalur dimulai tanpa survei awal, mengingat jalur ini merupakan yang pertama kali dirintis. Kami memanfaatkan tali dan tanda alam sebagai penanda jalur, serta mendokumentasikan perjalanan ini dengan foto-foto yang diambil menggunakan kamera anti air.

Tantangan terbesar yang kami hadapi adalah vegetasi hutan yang sangat rapat, kondisi cuaca yang ekstrem, serta medan yang curam dengan kemiringan mencapai 80 derajat. Setiap anggota tim berkontribusi sesuai tugasnya, dari navigasi hingga logistik, semuanya bekerja keras untuk mengatasi setiap rintangan yang menghadang.
Edukasi dan Konservasi
Dalam ekspedisi ini, kami berusaha meminimalkan dampak lingkungan dengan hanya menggunakan parang untuk membuka jalur dan tidak melakukan penebangan pohon. Jalur yang kami buat mungkin akan tertutup kembali oleh semak dalam waktu singkat, mengingat suburnya vegetasi di kawasan ini. Kami juga mengaplikasikan berbagai teknik pendakian, mulai dari walking hingga climbing, dan menekankan pentingnya etika pendakian serta pelestarian alam kepada pembaca. Salah satu flora dan fauna yang kami temui adalah Anoa, binatang endemik Sulawesi yang menjadi simbol keberagaman hayati di kawasan ini.Pengalaman Pribadi dan Refleksi
Selama perjalanan ini, ada banyak momen yang berkesan, salah satunya adalah kerjasama yang terjalin antara tim kami dengan beberapa pendaki dari Eropa.

Tantangan emosional terbesar adalah ketika badai hebat mengancam keselamatan kami, namun tidak ada pilihan lain selain terus maju. Meskipun jalur ini berhasil dibuka dan tim kami mencapai puncak Rante Mario, pencapaian ini datang dengan banyak pengorbanan, termasuk luka-luka fisik yang hampir terinfeksi

Refleksi pribadi saya adalah betapa pentingnya keterampilan survival dalam situasi seperti ini, dan bagaimana hal tersebut menjadi faktor penentu dalam kesuksesan ekspedisi kami.
Dokumentasi Visual
Akhir perjalanan kami ditandai dengan kembali ke Desa Gamaru, tempat di mana kami memulai ekspedisi ini. Setelah perjalanan yang penuh tantangan, kami mengabadikan momen ini sebagai kenangan akan usaha keras yang telah dilakukan.

“Ketika badai datang dan pilihan untuk menyerah terasa begitu nyata, kita hanya memiliki satu keputusan: maju atau mundur. Dan seringkali, langkah maju adalah satu-satunya jalan untuk mencapai puncak yang kita impikan.”
“Dalam setiap rintangan dan tantangan yang dihadapi, kita menemukan kekuatan yang tak terduga dalam diri kita sendiri. Setiap luka, setiap tetes keringat, adalah bagian dari perjalanan menuju pencapaian yang lebih besar.”
“Pelajaran terbesar dari ekspedisi ini bukan hanya tentang membuka jalur baru di hutan lebat, tetapi juga tentang kekuatan kolaborasi dan ketahanan mental di tengah ketidakpastian.”
“Memahami dan menghargai alam tidak hanya berarti melihat keindahannya, tetapi juga memahami tantangan dan menghadapi setiap kesulitan dengan tekad dan keterampilan yang diperlukan untuk bertahan hidup.”
“Kemenangan bukan hanya tentang mencapai puncak, tetapi juga tentang perjalanan yang kita lalui, tantangan yang kita hadapi, dan bagaimana kita bangkit kembali setelah setiap kegagalan.”
