Tiba di kampung terakhirPada tanggal 26 Juli 2010, saya memulai perjalanan yang penuh tantangan untuk memperdalam pemahaman dan praktik ilmu survival hutan tropis. Perjalanan ini tidak hanya sekadar ekspedisi biasa, tetapi juga latihan intensif yang menuntut kami untuk menghadapi kondisi alam yang sebenarnya dengan persiapan logistik yang terbatas.Berangkat dari Makassar menuju Kabupaten Pangkep, kami hanya dibekali logistik yang cukup untuk tiga hari, meskipun rencana perjalanan sebenarnya adalah tujuh hari. Fokus utama kami bukanlah mencapai puncak Gunung Bulusaraung, tetapi menjelajahi hutan pegunungan di sekitarnya untuk tujuan survival. Kami ingin menguji sejauh mana kemampuan bertahan hidup dalam kondisi alam yang keras, tanpa bergantung pada kenyamanan peralatan modern.
Pos 5 Bulusaraung
Setelah meninggalkan desa terakhir di kaki gunung pada hari kedua, kami mulai merasakan tantangan sebenarnya. Di tengah-tengah hutan pegunungan tropis, tim yang terdiri dari 10 orang berhasil mendirikan tiga bivac alami sebagai tempat berlindung. Namun, pada malam ketiga, bivac-bivac tersebut tidak mampu menahan derasnya hujan tropis dan terpaan badai dingin. Meski demikian, kami tetap bertekad melanjutkan rencana dan melakukan perbaikan bivac di malam hari.

Badai semakin kuat pada hari keempat, dan angin kencang mengakibatkan hanya satu bivac yang bisa bertahan. Kondisi tim mulai goyah, terutama beberapa anggota kelompok yang masih pemula mulai terserang demam tinggi. Ransum kami benar-benar habis pada hari kelima, namun kami tetap bertekad untuk bertahan dengan metode survival statik. Kami mencoba membuat perlindungan yang lebih kokoh, tetapi kelelahan mulai menguasai tim. Upaya untuk mengumpulkan sumber daya bivac semakin berat, dan menjelang malam keenam, kami menyerah dan memutuskan untuk meninggalkan tempat itu segera, meskipun kondisi malam hari sangat tidak menguntungkan.

Dengan energi yang tersisa, kami tertatih-tatih menempuh perjalanan pulang. Kondisi yang sangat berat menyebabkan empat anggota tim mengalami cedera akibat jatuh di perjalanan. Meskipun kami berhasil mencapai desa di kaki gunung pada subuh hari, kondisi tim benar-benar diluar dugaan dan sangat memprihatinkan. Seluruh tim harus segera mendapatkan perawatan di puskesmas terdekat.

Pengalaman ini bukan hanya mengajarkan tentang pentingnya persiapan dalam survival, tetapi juga tentang batas kemampuan manusia saat berhadapan dengan alam. Perjalanan ini menjadi pengingat bahwa meskipun kita bisa merencanakan segala sesuatu, alam selalu memiliki cara untuk menguji batasan kita.

Tantangan Berat dalam Survival Hutan Tropis

Rekomendasi untuk Pendaki Lain

Dari pengalaman yang penuh tantangan ini, kita dapat menarik beberapa pelajaran berharga:
Persiapan yang Matang: Seberapa matang pun persiapan, alam selalu punya kejutan. Logistik yang memadai, pengetahuan survival yang mendalam, dan fisik yang prima adalah kunci keberhasilan dalam menghadapi situasi ekstrem. Kerja Sama Tim: Dalam situasi sulit, kerja sama tim adalah faktor penentu. Saling membantu, saling mendukung, dan berbagi tanggung jawab adalah kunci untuk bertahan hidup. Adaptasi: Alam selalu berubah, dan kita harus siap untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut. Fleksibilitas dan kemampuan untuk membuat keputusan cepat sangat penting.
Mengenali Batas Diri: Setiap individu memiliki batas kemampuan yang berbeda. Penting untuk mengenali batas diri dan tidak memaksakan diri di luar kemampuan. Hormat pada Alam: Alam adalah kekuatan yang dahsyat. Kita harus selalu menghormati alam dan tidak meremehkan kekuatannya.
Selain pelajaran teknis, pengalaman ini juga memberikan dampak psikologis yang mendalam. Rasa takut, ketidakpastian, dan kelelahan fisik yang ekstrem adalah hal yang wajar dalam situasi survival. Namun, keberhasilan dalam mengatasi tantangan ini juga memberikan rasa percaya diri dan kepuasan yang luar biasa. Bagi pendaki yang ingin melakukan perjalanan serupa. 

berikut adalah beberapa rekomendasi:

Persiapan yang matang: Lakukan riset yang mendalam tentang lokasi pendakian, kondisi cuaca, dan potensi bahaya. Peralatan yang memadai: Pastikan semua peralatan dalam kondisi baik dan berfungsi dengan baik. Keahlian survival: Ikuti pelatihan survival untuk meningkatkan kemampuan bertahan hidup di alam liar. Bergabung dengan kelompok yang berpengalaman: Mendaki bersama kelompok yang berpengalaman dapat meningkatkan keamanan dan kesuksesan perjalanan. Beritahu orang lain tentang rencana perjalanan: Informasikan kepada orang terdekat tentang rencana pendakian Anda, termasuk rute yang akan dilalui dan waktu yang diperkirakan kembali. Pengalaman survival di Gunung Bulusaraung adalah sebuah petualangan yang penuh tantangan dan pelajaran berharga. Alam telah mengajarkan kita tentang kekuatan, kelemahan, dan pentingnya kerja sama.

Semoga kisah ini dapat menginspirasi banyak orang untuk lebih menghargai alam dan mempersiapkan diri dengan baik sebelum melakukan petualangan di alam liar.